Sabtu, 19 November 2011

SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA PRA PROKLAMASI

Oleh: Muhammad Baiquni Syihab

Pra Pendudukan Penjajah Asing/Barat
Sistem politik (pemerintahan) di Nusantara pada abad 4 Masehi (tahun 300an) adalah berupa kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang secara geografi dan geopolitik terpisah.

Contoh pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, yaitu kerajaan Tarumanegara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda (Siliwangi) sampai awal abad ke-16. Pada masa ini juga ada dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa. Pada masa abad ke-7 M hingga abad ke-14 M, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang dan runtuh di Sumatera. Abad ke-14 juga memperlihatkan keruntuhan dari besarnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit.

Menurut teori Gujarat-nya Snouck Hurgronje, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M. melalui para pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Islam menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Demikian juga menurut sejarah penyebaran Islam oleh Wali Songo, yaitu ada pada abad 14.

 Namun demikian, yang dimaksud teori ini adalah penyebaran Islam hingga dipeluknya Islam oleh masyarakat Nusantara secara massal (bukan pertama kalinya Islam masuk ke Nusantara), karena penyebarannya telah didukung oleh kekuatan politik. Sebab pada periode ini berdiri beberapa kesultanan Islam, yaitu kesultanan Demak, Pajang, Mataram, Banten dan lain sebagainya. Hingga pada akhir abad ke-16 M, 20 kesultanan Islam telah terbentuk yang mencerminkan dominasi Islam di Nusantara (Indonesia).

Mudahnya Islam tersebar diseantero Nusantara disebabkan karena dukungan kekuatan politik Kesultanan-kesultanan Islam, sebab mayoritas rakyat waktu itu akan segera mengikuti perpindahan agama rajanya, dari Hindu/Budha ke Islam, juga karena pada waktu yang sama melemahnya kekuasaan kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara.

Namun di wilayah Aceh, menurut teori Arabia, Islam telah menyebar di wilayah ini sejak abad 7 M (masa kekhilafahan bani Umayyah) melalui pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia dan India. Kemudian Srindavarman raja Sriwijaya Jambi masuk Islam pada tahun 720 M, dan berdirinya kekuatan politik kesultanan Islam Perelak yaitu pada tahun 839 M, kemudian Samudra Pasai pada tahun 1267-1521, dan terakhir kesultanan Aceh 1496-1903 M.

Hal yang perlu diperhatikan adalah, bahwa setiap kesultanan-kesultanan Islam tersebut memiliki hubungan erat dengan pemerintahan Islam (kekhilafahan) yang ibu kotanya berpindah-pindah dari Madinah, Damaskus, Baghdad dan Turki. Hal yang membuktikan itu ialah seringnya kesultanan-kesultanan Islam Nusantara mendapat bantuan secara militer dari Turki Utsmani untuk mengusir penjajah kafir seperti Portugis dan VOC Belanda.

Islam berjaya di Nusantara dengan kesultanan-kesultanannya hanya dalam periode singkat, yakni antara abad 14, yaitu tahun 1300-an M hingga sampai kedatangan kafir barat bangsa asing penjajah pada abad 16, yaitu tahun 1500-an M. Namun demikian, dalam periode singkat tersebut ternyata Islam mampu menjadi agama mayoritas di Nusantara menyingkirkan Hindu dan Buddha yang sebelumnya mendominasi masyarakat Nusantara yang mereka beratus-ratus tahun lamanya memeluk kedua agama tersebut.

Era Pendudukan Penjajah
Pada masa-masa penjajahan inilah kekuatan politik kesultanan Islam mulai tumbang satu persatu ditangan kaum kafir penjajah, dari abad 17 hingga awal abad 20. Pertama kalinya penjajah datang ke Nusantara, yaitu pada tahun 1512 oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao yang mulai berlayar menuju Kepulauan Maluku. Kemudian diikuti pelaut Spanyol yang berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521.

Pasca Portugis dan Spanyol, penjajahan dilanjutkan oleh kaum kafir Belanda terhadap Indonesia yang memakan waktu yang sangat lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan bangsa Belanda di Indonesia, diawali oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Campagnie (VOC).

Sedangkan masa pendudukan Jepang di Indonesia cukup singkat, dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Sementara itu, seiring mulai surutnya kekuasaan dan kekuatan politik keKhilafahan Islam Turki Utsmani (Ottoman) di Turki hingga mengakibatkan runtuhnya pemerintahan Islam itu pada tahun 1924, perlawanan terhadap penjajahan kaum kafir bangsa Eropa (Belanda) di Nusantara yang pada awalnya dipelopori oleh kesultanan-kesultanan Islam, kini mulai beralih dengan dipelopori oleh tokoh-tokoh nasionalis.

Hal demikian disebabkan karena kekuatan politik dan militer kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara telah runtuh satu persatu sebelum tahun 1924, sebab kesultanan Islam yang terakhir mengalami kekalahan dari Belanda adalah Kesultanan Aceh di tahun 1903 (awal abad 20). Salah satu sebab keruntuhan Kesultanan-kesultanan di Nusantara adalah karena politik adu domba (devide at impera) oleh pemerintah Hindia Belanda, seperti kesultanan Makasar yang dipimpin Sultan Hasanuddin yang diadu domba dengan Aru Palaka raja Bone pada abab 17 M. hal sama juga dialami kesultanan-kesultanan Islam lainnya, seperti kesultanan Banten, Tidore, Demak, Mataram dan kesultanan-kesultanan Islam lainnya.

Adapun Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal peralihan gerakan perjuangan yang sebelumnya perjuangan untuk mengusir kaum kafir Belanda atas dasar wilayah kekuasaan kesultanan Islam yang terenggut, menjadi perjuangan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia (Nasionalisme). Hal yang wajar, sebab kesultanan Islam telah hilang pengaruhnya di masyarakat sekitar lebih dari 1 abad lamanya sejak dikalahkan oleh Belanda.

Budi Utomo adalah gerakan yang berasaskan ashobiyah (ikatan yang berasaskan selain aqidah Islam). Pada awalnya pun Budi Utomo berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut suku bangsa Jawa. Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Yang mereka ketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie).

Hal yang wajar sebab kesultanan-kesultanan Islam telah lama runtuh satu per satu, sehingga opini publik tentang Nusantara yang memiliki kaitan erat dengan keKhilafahan Turki pun mulai hilang, terlebih lagi tokoh-tokoh pengganti yang menjadi pejuang bangsa pun mayoritas menempuh pendidikannya di Eropa (Belanda) seperti Ir. Soekarno dan M. Hatta. Sehingga arus perjuangan politik, yaitu pertanyaan akan dibawa kemana nusantara ini, dan akan menerapkan sistem politik yang bagaimana, setelah suatu saat nanti berhasil mengusir kafir penjajah, tentu akan mengikuti pemahaman sistem politik para pejuang nasional yang memiliki latarbelakang pendidikan Eropa.

Maka setelah berhasil mengusir penjajah pada tahun 1945, bangsa Indonesia pun tidak menerapkan sistem politik Kesultanan yang berasal dari Islam di timur, melainkan menerapkan sistem politik Republik/Demokrasi yang berasal dari Barat.

Demikianlah gambaran singkat yang menerangkan bagaimana sistem politik demokrasi ala Barat dan Undang-undang ala Belanda bisa tercipta di Negeri kita ini. Allahua’lam bishshowab.


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha
[2] http://www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg00440.html
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo
[4] Khilafah dan Jejak Islam Kesultanan Islam Nusantara, PTI, Bogor, 2009, hal. 1-2.
[5] Ibid. Hal. 21-37
[6] http://arkandas.wordpress.com/2008/10/21/sejarah-penjajahan-di-indonesia/
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281942-1945%29
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo

Tidak ada komentar: