Oleh: Muhammad Baiquni Syihab
Pendahuluan
Sejatinya Islam adalah agama minoritas di India. Meski minoritas dari segi jumlah, sejarah telah membuktikan umat Islam India telah memberi kontribusi yang begitu besar bagi negara yang berada di Asia Selatan itu. Di era millenium baru ini, Islam merupakan agama terbesar kedua di tanah Hindustan. Saat ini total pemeluk Islam di India mencapai 151 juta jiwa atau 13,4 persen dari total penduduk negara itu. Dengan jumlah Muslim sebanyak itu, India menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga setelah Indonesia dan Pakistan.1
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenal sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Setelah Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Kawasan-kawasan pantai termasuk Lautan Hindi telah menjadi sasaran para pendakwah untuk menyebarkan agama Islam.
Riwayat Islam di Negeri Hindustan terbilang amat panjang. Ada banyak versi tentang masuknya Islam ke India. Meski begitu, datangnya ajaran Islam ke anak benua India itu bisa diklasifikasikan dalam tiga gelombang. Yakni dibawa orang Arab pada abad 7 M, orang Turki pada abad 13 M (Kesultanan Delhi), dan abad ke-16 M oleh orang Afghanistan dan Mongol (Dinasti Mughal).
Masuknya Islam ke anak benua ini telah banyak mempengaruhi budaya masyarakat tanah dewa, seperti berlakunya hukum Islam, keseharian masyarakatnya seperti di pasar-pasar dan lain-lain, dan yang paling menonjol saat itu adalah dari segi bangunannya, dimana saat penguasa muslim mendirikan suatu bangunan seperti istana kesultanan, masjid, tugu dan lain sebagainya, menggunakan corak gaya Syria, Bizantium, mesir dan Iran, dengan gaya deti bangunannya bersal dari Hindu dan Budha. Semakin banyak ahli muslim memasuki India, pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit termasuk bangunannya.
Awal Masuknya Islam Abad 7 M (610 M)
Menurut satu versi, pertama kali Islam tiba di India pada abad ke-7 M. Adalah Malik Ibnu Dinar dan 20 sahabat Rasulullah SAW yang kali pertama menyebarkan ajaran Islam di negeri itu. Saat itu, Malik dan sahabatnya menginjakkan kaki di Kodungallur, Kerala. Kedatangan Islam pun disambut penduduk wilayah itu dengan suka cita. Konon, dari wilayah itulah Islam lalu menyebar ke seantero India. Malik lalu membangun masjid pertama di daratan India yakni di wilayah Kerala. Masjid pertama yang dibangun umat Islam itu bentuknya mirip dengan candi - tempat ibadah umat Hindu. Bangunan masjid itu diyakini dibangun pada tahun 629 M.
Ada yang meyakini, masjid di Kodungallur, Kerala itu merupakan masjid kedua di dunia yang dipakai shalat jumat, setelah masjid yang dibangun Rasulullah di Madinah. Versi lainnya menyebutkan, Islam sudah masuk ke anak benua India mulai abad pertama Hijriyah, yakni pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Selepas Umar wafat, pada 643 orang-orang Arab berhasil menaklukkan wilayah Makran di Baluchitan.
Pada abad ini juga, saat zaman pemerintahan Khalifah Utsman bin ‘Affan, sekali lagi tentera islam menyerang wilayah Sind melalui jalan darat. Serangan itu dipimpin oleh Abdullah bin Amir dan berjaya menawan Sistan dan juga Makran.2
Ekspansi Islam ke wilayah India kembali dilanjutkan pada era kekuasaan Dinasti Umayyah, di bawah komando Al-Muhallab bin Abi Suffrah, umat Islam berhasil menembus wilayah Multan di Selatan Punjab - sekarang wilayah Pakistan. Ekspedisi yang dipimpin Al-Muhallab itu tak bertujuan untuk penaklukan. Pasukan Al-Muhallab hanya mampu menjangkau ibu kota Maili lalu kembali ke Damaskus.
Kekhalifahan Umayyah pada tahun 738 M di bawah komandan perang Muhammad bin Qasim kembali melakukan ekspedisi ke wilayah India. Pasukan ibnu Qasim berhasil menundukkan wilayah-wilayah Sind (Pakistan) sampai menembus daerah India.3 Ekspedisi ini atas perintah Al-Hajjaj yang mengikutsertakan tentara yang berasal dari Syam yang menyerang daerah Makran dan menaklukkan Ganzabur, Armail dan Dabil dan bertemu dengan Dahir raja Sind dan berhasil membunuhnya.4 inilah daerah kekuasaan Umayyah yang terletak paling timur. Sejak saat itulah, orang-orang Arab tinggal dan menetap di wilayah itu.
Selain itu, ada pula sejarawan yang menyebutkan Islam disebarkan pertama kali di India oleh para pedagang Arab pada abad ke-7 M. Sebab, sebelum ajaran Islam datang para pedagang Arab dan India telah lama berkongsi.
Pendapat ini diungkapkan Sejarawan Elliot dan Dowson dalam bukunya berjudul The History of India. Menurut keduanya, kapal pertama yang yang mengangkut para penjelajah dan pedagang Muslim sudah tiba di pantai India pada tahun 630.
Sedangkan HG Rawlinson dalam bukunya Ancient and Medieval History of India menyatakan bahwa orang Arab Muslim pertama menginjakkan kaki di tanah India pada akhir abad ke-7 M.
Beberapa sejarawan lainnya seperti J Sturrock dalam South Kanara and Madras Districts Manuals serta Haridas Bhattacharya dalam bukunya Cultural Heritage of India Vol IV juga bersepakat dengan kedatangan Islam, bangsa Arab menjadi sebuah kekuatan kebudayaan terkemuka di dunia. Menurut mereka ajaran Islam dibawa ke India oleh para pedagang dan saudagar Arab.
Selain masyarakat di wilayah Keralla, ada pula yang menyebutkan masyarakat India pertama kali yang memeluk Islam berada di wilayah Mappila. Hal itu dapat dimaklumi lantaran wilayah itu berdekatan dengan Arab. Perlu beberapa abad bagi Islam untuk menyebar di seluruh wilayah India. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang India berbondong-bondong menganut ajaran Islam seperti, pernikahanan, integritas ekonomi, ingin terbebas dari struktur kasta, serta tersentuh dengan dakwah yang dilakukan para tokoh sufi.
Tahun 977 M – 1205 M
Pada periode ini terdapat dua dinasti yang berkuasa, dan pada beberapa masa kedua dinasti ini saling menjatuhkan dan mengambil alih wilayah kekuasaan, hingga akhirnya benar-benar diambil alih dan berdiri satu dinasti saja.
Ajaran Islam semakin menyebar luas di wilayah India setelah terbentuknya Kesultanan Delhi di wilayah itu. Dinasti Islam pertama di India adalah Dinasti Ghazni yang dipimpin Mahmud Gaznawi. Sejak tahun 1020, Sultan Mahmud telah menguasai beberapa wilayah di India sekaligus menundukkan dan mengislamkan raja-raja di tanah para dewa itu. Setelah ghazni, maka dinasti Ghuri naik menjadi penguasa dominan diwilayah ini.
a) 977 M – 1191 M (Kesultanan Dinasti Ghazni)
Dinasti ini didirikan oleh Alptgin, mantan budak putera mahkota ke-lima dinasti samaniah di Persia. Sepeninggalnya dinasti ini dipimpin oleh anaknya Abu Ishaq. Dalam beberapa tahun Abu Ishaq meninggal dan digantikan oleh Sabuktgin, adalah mantan budak dari Alptgin. Dan setelah kekuasaan Sabuktgin, putranya yang bernama mahmud naik tahta menggantikannya. Setelahnya putra mahmud, muhammad menggantikannya, dan setelahnya digantikan oleh mas’ud saudaranya.5
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud inilah dinasti Ghazni tersohor. Menurut satu versi, Mahmud Ghazanvi, sang penguasa Ghazni itu memiliki kecendrungan menyerang dan menghancurkan kebanyakan kuil Hindu yang kaya di India. Ia sangat tertartik dengan orang Hindu yg memiliki adat menghiasi patung-patung mereka dengan emas, berlian dan batu-batuan berharga lainnya, sehingga dalam 17 kali invasinya selalu melakukan itu yang membuat masyarakat Hindu membencinya.
Di sisi lain, pada masa pemerintahan mahmud lah, masa dimana akulturasi budaya antara Islam dari Arab dengan Hindu India terjadi, setelah diawali oleh Muhammad bin Qasim dengan dimulainya angka India yang menjadi angka Arab juga toleransinya yang terkenal, yaitu melarang memotong sapi di hari besar Islam Ied al-Adha, sehingga banyak masyarakat Hindu yang mau menerima ajarannya.
Pada masa invasi mahmud, banyak praktik adat istiadat yang membuat kaum muslim ingin merubah itu, seperti pembakaran mayit Sati, hukum pidana yang longgar yang tidak menyentuh kaum brahmana dan juga sistem kastanya. Selain usaha perubahan dalam masalah itu, kaum muslimin juga pada masa ini juga menjelaskan tentang administrasi pertanahan dan menetapkan pajak tanah yang sangat rendah.
b) 1173 M– 1206 M (Kesultanan Dinasti Ghuri)
Pada 1187 M, invasi Muslim berikutnya terjadi saat suku Ghor di Afghanistan, merebut kekuasaan dari Ghaznavid di Ghazni. Ketika ia berkuasa, Muhammad Ghuri menaklukkan semua wilayah yang membebaskan diri semasa Kerajaan Ghaznawi. Ghori-ghori ini dulunya suku peternak Hindu dibawah kekuasaan raja-raja Shahiya, yg diajak masuk Islam oleh Muslim Ghaznavid, yg mengusir Shahiya dari Afghanistan, tahun 980 M.
Kini, setelah 200 tahun, mantan-mantan Hindu ini menjadi Muslim tulen dan tidak sedikitpun menunjukkan warisan ke-Hinduan mereka, kecuali nama mereka. Ghori atau Gauri berasal dari Gau yg berarti sapi, dalam bahasa Sansekerta, yg menandakan profesi mereka sebagai peternak sapi.
Tahun 1206 M – 1526 M
Setelah kekuasaan Dinasti Gaznawi memudar, lalu berdirilah Kesultanan Delhi - yakni beberapa Kesultanan yang berkuasa dari tahun 1206 M hingga 1526 M. Ada lima dinasti Islam yang berkuasa silih berganti di era Kesultanan Delhi. Kelima dinasti itu adalah; Dinasti Mamluk (1206 M-1290 M); Dinasti Khilji (1290 M - 1320 M); Dinasti Tughlaq (1320 M - 1413 M); Dinasti Sayyid (1414 M - 1451 M) dan Dinasti Lodhi (1451 M - 1526 M).
Pada periode ini juga, yaitu abad ke-13, para elite Mongol yang telah masuk agama Islam disinyalir berperan besar dalam penyebaran Islam di wilyah Asia selain India, yaitu dengan mendorong Kubilai Khan yang baru saja menduduki singgasana Kekaisaran Cina untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi laut ke wilayah Jepang, Campa, Vietnam, dan Jawa. Di dalam berbagai ekspedisi tersebut, tidak sedikit orang-orang Cina Selatan yang ikut serta sebagai pelaut, serdadu dan pedagang. Banyak di antara mereka yang sudah beragama Islam. Peran orang-orang Cina Muslim ini tidak berkurang hingga beberapa periode berikutnya. Bahkan, dari 1405 sampai 1453, ketujuh pelayaran besar armada Laksamana Zheng He (Cheng Ho) ke arah pelabuhan-pelabuhan Nusantara dan Samudera Hindia, sampai ke Srilangka, Quilon, Kocin, Kalikut, Ormuz, Jeddah, Mogadisco dan Malindi, menunjukan betapa besar kiprah orang-orang Cina Muslim dalam perniagaan laut tersebut. Laksamana Zheng He sendiri adalah Muslim, anak seorang haji dari Yunan.
Pada waktu yang hampir bersamaan, India, terutama di bagian pesisir, juga telah mengalami proses Islamisasi. Suku Turki Ibari dan suku Afghanistan Khilji berhasil memperkuat Kesultanan Delhi di utara. Berikutnya, Muhammad bin Tughluk (1325-1351) memindahkan perbatasan kesultanan ke selatan sampai daerah aliran sungai Kaveri dan mendirikan ibu kota Daulatabad di mana hampir seluruh wilayah India berada di bawah kekuasaannya. Setelah penyerangan Timur Leng yang menghancurkan Delhi (1398-1399), kekaisaran Tughluk terpecah-belah ke dalam beberapa kesultanan. Di antaranya adalah Bengali dan Gujarat yang kemudian mengalami kemajuan pesat di bawah pemerintahan Ahmad Shah (1411-1441) dan Mahmud Baikara (1458-1511). Sementara itu, bangsa Bahmanid Syiah juga berhasil mendesak Kerajaan Vijayanagar Hindu di daerah Dekan. Pada masa-masa ini, orang-orang India Muslim dikenal sebagai pengendali kegiatan perdagangan dengan negeri-negeri Arab, Ormuz dan Maladewa.
Dengan demikian, selama dua abad, Samudera Hindia menjadi arena perniagaan besar yang hampir sepenuhnya bernuansakan Islam. Di dalamnya, orang-orang dari Cina, India dan Arab secara bersama-sama menghidupkan jaringan Asia yang tidak saja bergerak dalam kegiatan jual-beli, tapi juga proses Islamisasi yang sangat bersemangat.
a) Kesultanan Dinasti Mamluk (1206 M-1290 M)
Dinasti Mamluk didirikan Qutbuddin Aibak (mantan budak muhammad ghuri) pada tahun 1206. Di awal abad ke-13 M, dinasti itu sudah menguasai wilayah utara India dari Khyber Pass hingga Bengal. Aibak juga menerapkan hukum Islam di tengah-tengah mayoritas Hindu-Budha dengan kaum muslimin hanya 10% dari jumlah penduduk waktu itu, dikarenakan ia memegang teguh sebagai pahlawan Islam yang toleransi terhadap agama lain. Selain Qutbuddin sebagai penguasa mantan budak, Iltutmish dan Balban juga penguasa yang memiliki latar belakang yang sama.6
Kesultanan Delhi juga pernah dipimpin oleh seorang penguasa wanita bernama Ratu Razia Sultana (1236 M - 1240 M). Dialah Sultana pertama yang dimiliki dunia Islam, yang kedua adalah istri dari Salahuddin al-Ayyubi. Dia memimpin dari Delhi timur hingga ke barat Peshawar dan dari Kashmir utara hingga ke selatan Multan.
b) Kesultanan Dinasti Khilji (1290 M - 1320 M)
Dinasti Khilji lalu berkuasa. Raja pertamanya adalah Jalaluddin Firuz Khilji (1290 - 1294). Pada era itu Gujarat dan Malwa dikuasai umat Islam.
Alauddin (wafat 1316M) adalah sultan kedua dari dinasti Khilji di Delhi, India. Kekuasaannya menjadi awal dari jaman kesultanan dan kekuasaan dari Muslim India pribumi.
Dia ditunjuk menjadi gubernur Kara pada tahun 1292 oleh pamannya, Sultan Jalaluddin Khalji. Tiga tahun kemudian ia menaklukan Malwa, dan Bhilsa, sebuah kota yang menjadi pusat perdagangan yang makmur, kemudian menyusun rencana untuk mengambil alih kekuasaan kesultanan. Pada tahun 1296 ia merupakan penguasa Muslim pertama yang menaklukan wilayah pegunungan Vindhya dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya dan, setelah mengalahkan Kerajaan Hindu Devagiri dan menaklukan pasukannya ia membiarkan mereka tetap hidup tetapi menyita harta bawaannya yang terdiri dari 8 kilo emas, 100 kilo mutiara, dan 14 ribu kilo barang-barang perak. Dengan memiliki banyak pasukan tawanan dan hartanya itu, ia kembali ke negerinya dan memaksa pamannya untuk menyerahkan tampuk kekuasaan lalu memproklamirkan dirinya sebagai Sultan Penguasa Delhi pada tahun 1296.
Selama 15 tahun berikutnya wilayah kekuasaan Alauddin terus berkembang. Pada tahun 1303 Kerajaan-kerajaan Hindu sebelah barat Gujarat, Ranthambhor, Chitor, dan Rajasthan ditaklukannya. Kemudian selama 3 tahun berikutnya ia menghapus sisa-sisa pengaruh Mongol di wilayah India dan memulihkan ketentraman wilayah perbatasan Barat Daya India. Di tahun 1305 ia masuk ke India Tengah, dan menundukkan Malwa, Ujjain, Chanderi, dan Mandawar. Dua tahun berikutnya, untuk kedua kalinya ia menaklukan sepenuhnya seluruh wilayah pegunungan Devagiri, dan tahun 1309 pasukannya mencapai perbatasan paling Selatan India di Semenanjung Comiron. Di tahun 1311 ia merupakan Sultan terkaya sepanjang sejarah kepemerintahan Delhi, kemudian ia menerbitkan mata uang koin dengan gambar dirinya sendiri sebagaimana yang juga pernah dilakukan oleh Alexander the Great.
Seluruh warga negara (baik Hindu ataupun Muslim) diharuskan membayar pajak kepada negara untuk membiayai dan menjamin kestabilan keamanan negara. penduduk yang beragama Islam membayar pajak lebih rendah ketimbang penduduk taklukannya. Harga-harga berbagai kebutuhan pokok juga dikendalikan, dimaksudkan agar rakyat tentram.
Delhi menjadi kota metropolis Muslim pertama di Timur di bawah pemerintahan Alauddin, dan karya-karya arsitekturnya merupakan warisan terbesar dari pemerintahannya. Masjid Jami’ al Khana di Delhi dibangun penuh dengan kemegahan, luas, dan memiliki kubah yang amat indah.
Pembangunan yang berlebih-lebihan akhirnya membuat pemerintahan Alauddin macet, kemudian ia diganti oleh Malik Kafur, komandan pasukan tempurnya yang amat gemilang. Alauddin wafat bulan January 1316, dan dinasti Khalji berakhir setelah empat tahun masa pemerintahannya.
c) Kesultanan Dinasti Tughlaq (1320 M - 1413 M)
Muhammad bin Tughluk adalah sultan yang terkenal dalam dinasti ini, yang dalam masa pemerintahannya memiliki lima butir ’yang terpuji’ dan kesemuanya mengalami kegagalan. Yaitu, memindahkan ibu kota dari Delhi ke Deogir, ekspedisi ke Khurasan, penaklukan Qarachil (kaki gunung Himalaya), mencetak mata uang dan yang kelima penambahan pajak di Doab daerah subur di Allahbad.7
d) Kesultanan Dinasti Sayyid (1414 M - 1451 M) dan Kesultanan Dinasti Lodhi (1451 M - 1526 M)
Kesultanan ini (Sayyid) berakhir dengan penyerahan kekuasaan dari Alauddin Alam Syah, yang merupakan raja terakhir Dinasti ini kepada Bahlul Lodhi, seorang bangsawan Afghan dengan kesepakatan agar keluarga kerajaan dinasti Sayyid dibiarkan hidup damai sepanjang hidupnya. Sedangkan dinasti Lodhi berkakhir akibat kekalahan perang melawan Mughal bangsa mongol muslim hingga berdiri dinasti Mughal.
Sebab Keruntuhan Kesultanan Delhi
Runtuhnya kerajaan delhi adalah kesan daripada kelemahan sistem pentadbirannya dan juga tekanan dari luar. Tahta yang diperolehi melalui mata pedang memerlukan seorang pemimpin yang cukup gagah dan berkaliber untuk mengekalkannya. Seandainya terdapat dalam barisan para pemimpin itu yang lemah maka tahta akan terlepas ke tangan orang atau golongan lain. Kesultanan Delhi tidak mempamerkan sultan sultan yang benar-benar berwibawa kecuali beberapa orang seperti Qutbuddin, Iltutmish, Balban dan Alaudin. Sebagian besar dari sultan-sultan adalah seorang pemabuk, pengumpul harta dan pemuja perempuan. Tidak kurang juga ada kalangan pemerintah yang baik tetapi mereka kurang cakap dalam pemerintahannya.
Seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad Tughluk, telah mempercepatkan kejatuhan kerajaannya. Demikian juga tindakan Firuz Syah walaupun dapat mengatasi keadaan akan tetapi tidak ada usaha untuk mendapatkan kembali wilayah-wilayah yang telah membebaskan diri. Perkaran ini menggalakkkan lagi wilayah-wilayah memerdekakan diri terutama sepeninggalnya.
Pada tahun 1398 M, Timur Lenk penguasa Dinasti Timur melakukan ekspedisi penaklukan ke India. Saat itu, India tengah dikuasai Dinasti Tughluk yang dipimpin Sultan Nasirudin Mahmud. Timur mendengar Sultan Delhi Muslim itu terlalu toleran dan bersikap lemah terhadap masyarakat Hindu. Para penguasa Kesultanan Delhi memang terbilang toleran terhadap penganut Hindu untuk menjalankan keyakinannya. Sikap penguasa Muslim yang dianggap terlalu toleran itu dipandang sebagai sebuah kelemahan oleh penguasa Muslim lainnya yang berkuasa di Samarkand.
Disamping itu kecerobohan bangsawan-bangsawan Delhi menjemput orang Mongol justru membantu mereka menyebabkan kehancuran mereka sendiri. Baber dan tentara Mongolnya di India telah menghancurkan pondasi pemerintahan kesultanan itu dan kemudian menumbuhkan sebuah kerajaan baru yang dikenal sebagai Kerajaan Mongol.
Daftar Pustaka
Yusuf al-Isy, Dinasti Umawiyah, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1998
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2008
M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, Bunga Grafies Production, Yogyakarta 2003.
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Puataka BP, Yogyakarta, 2007.
Http://www.gaulislam.com/Riwayat Islam di Negeri Hindustan.htm
Http://www.geocities.com/perkembangan tamadun Islam.htm.
Http://www.nabble.com/sastra pembebasan/sejarah masuknya Islam di India.html
1 komentar:
menambah wawasan tentang akulturasi budaya islam.
menambah referensi untuk materi sejarah dan kebudayaan islam.
Posting Komentar